Lembaran Mimpi

Minggu, 17 April 2011

Biz Sharing TEC (Techno Entrepreneur Club) ITB

Izinkan saya berbagi ilmu dari hasil biz sharing yang diadakan unit TEC ITB tanggal 10 April 2011. Biz sharing kali ini menghadirkan Lendonovo, seorang sosial-entrepreneur di bidang pendidikan. Beliau adalah pemilih School of Universe, sebuah sekolah alam di daerah Parung Bogor. Beliau juga adalah seorang lulusan perminyakan ITB yang luar biasanya pernah menjabat sebagai ketua himpunan dua kali di dua periode berturut-turut.

Di sesi awal beliau berbagi ilmu tentang networking dan sesi dibuka dengan sebuah pertanyaan.

"Tahukah kalian berapa sahabat Rasullah SAW?"

Saya terkejut setalah mengetahui bahwa Nabi Muhammad punya 250 sahabat. Pak Lendo mengatakan bahwa perbanyaklah sahabat karena mungkin saja sahabat kitalah yang menjadi pintu rezeki yang Allah berikan kepada kita.

Lalu bagaimana mendapat banyak sahabat? Jawabannya adalah jadilah orang yang bisa dipercaya, jadilah orang yang jujur. Karena julukan pertama yang diberikan kepada Rasullah bahkan sebelum menjadi nabi adalah "Al-Amin" (yang dipercaya).

Begitupun dengan memulai bisnis, awali bisnis dengan trust, dengan kepercayaan, dengan kejujuran.

Beliau juga menceritakan perbedaan antara social
entrepreneur dengan capital
entrepreneur. Tujuan utama capital
entrepreneur adalah bagaimana menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya sedangakan tujuan utama dari social
entrepreneur adalah bagaimana agar keuntungan bisa dirasakan sebanyak mungkin orang.

Beliau akui untuk menjadi social entrepreneur lebih sulit daripada menjadi capital entrepreneur tapi jika berhasil, manfaat yang dihasilkan berkali-kali lebih banyak dibanding menjadi seorang capital entrepreneur.

Pak Lendo juga bercerita bahwa saat ini pengangguran di Indonesia sudah sangatlah banyak dan konyolnya lagi adalah 1 juta diantaranya adalah lulusan sarjana. Hal ini miris karena menurutnya buat apa kuliah kalau pada akhirnya malah menjadi beban bagi keluarga bahkan pemerintah. Oleh karena itulah, Pak Lendo begitu menekankan ke kita untuk menciptakan lapangan pekerjaan agar bisa sebanyak mungkin pengangguran yang bisa bekerja.

Terakhir yang tekankan oleh Pak Lendo adalah tentang bagaimana sebisa mungkin kita berbisnis di bidang yang memang bakat atau passion kita. Passion inilah yang nantinya mendorong kita untuk terus berkarya di bisnis kita. Jika sesuai passion, untung ataupun rugi tidak akan masalah karena memang kita akan senang menjalankannya.

Bagaimana kita mengetahui apakah passion kita atau apakah bakat kita? Beliau bilang bahwa ada 4 kunci kita bisa dibilang berbakat atau passion di suatu bidang, yaitu enjoy, easy, excellent, dan earn. Senang melakukannya, mudah menjalankannya, bagus hasilnya dan bisa menghasilkan sesuatu.

Semoga bermanfaat :)

Rabu, 06 April 2011

Untuk Banten yang lebih baik!

Sekitar beberapa minggu yang lalu saya mengikuti sebuah acara yang benar-benar mengispirasi di Saung Angklung Udjo, TEDx Bandung. Ada sekitar 7 speaker yg menyampaika ide mereka. 7 Ide mereka sungguhlah ide yg begitu inspirasional.

Salah satu pembicara yg begitu menggerakan saya adalah Goris Mustaqim. Beliau adalah social entrepreneur yang membangun Asgar Muda, sebuah yayasan yang tujuan utamanya adalah membangun Garut. Beliau mengatakan bahwa ada sebuah fakta yg cukup miris dimana saat ini begitu banyak pemuda yang penuh potensi bukannya berkarya untuk membangun desanya malah berlomba-lomba menuju kota besar. Banyak sarjana-sarjana muda yang sebenarya berasal dari desa lebih senang ke Jakarta daripada kembali ke desa. Padahal beliau berpendapat bahwa untuk membangun Bangsa Indonesia bukan lah kita harus banyak membangun kota-kota metropolitan, melainkan untuk membangun Indonesia adalah dengan membangun desa demi desa yang ada di Indonesia.

Dengan Asgar Muda-nya, Kang Goris mencoba berbagai kegiatan dalam berbagai pendidikan diantaranya pendidikan untuk membentuk karakter pemuda Garut, kegiatan-kegiatan youth entrepreneurship untuk membangun semangat wirausaha untuk para pemuda sampai pembentukan lembaga microfinace untuk membantu perekonomian usaha-usaha kecil dan menengah di sana.

Salah satu slide menarik yang ditampilkan oleh Kang Goris adalah slide yang menampilkan peta Indonesia dalam dua warna. Merah dan kuning. Kuning untuk daerah-daerah perkembangan daerahnya atau ekonominya cukup baik. Sebaliknya warna merah adalah untuk daerah yang perkembangan daerah yang cukup tertinggal. Dari peta yang ditampilkan ini terlihat sekali ada ketimpangan sosial antara daerah timur dan barat. Hampir semua daerah di timur berwarna merah sedangkan di barat khususnya Jawa berwarna kuning. Disini diperlihatkan betapa timpangannya perkembangan bangsa kita jika kita hanya berfokus pada membangun kota-kota besar di Indonesia, padahal Indonesia terbentuk dari desa demi desa bukanlah kota-kota besar yang hanya ada beberapa di Indonesia.

Satu hal yang menyentak saya adalah seluruh pulau jawa berwarna kuning kecuali satu daerah kecil di ujung barat pulau ini, Pandeglang dan Lebak. Padahal ironisnya jarak antara Jakarta-Pandeglang jauh lebih dekat daripada Jakarta-Bandung, tapi perkembangan Bandung jauh meninggalkan Pandeglang.

Inilah yang begitu membuka pemikiran saya, kenapa Kang Goris saja bisa membangun Garut dengan Asgar Muda-nya, kenapa saya tidak bisa membangun Banten? Saya punya begitu banyak teman-teman yang berasal dari Banten dan mereka begitu potensial untuk ikut serta membangun Banten. Hanya saja satu kekurangan kita adalah kurangnya rasa kepemilikan kita akan Banten, kita tidak memiliki kesadaran bahwa setelah kita lulus nanti harus bagi kita untuk kembali ke Banten dan berkontribusi untuk pembangunan Banten.

Saya bukan orang asli Banten, saya lahir di Bogor dan orang tua saya keturunan Bogor, tapi sejak kecil saya sudah tinggal di Tangerang dan selama 3 tahun saya hidup di bawah kaki Gunung Karang Pandeglang. Saya memiliki ikatan batin dengan Pandeglang betapa daerah yang dulu setiap hari saya menghirup udara segarnya adalah salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Saya sadar bahwa Banten adalah milik saya dan adalah kewajiban bagi saya untuk membangun Banten!

Lalu apa yang bisa lakukan saat ini?

Saya ingin menanamkan kepada teman-teman mahasiswa Banten bahwa kita adalah orang Banten, mengajak ke sebanyak mungkin orang untuk sama-sama memiliki rasa kepemilikan akan Banten dan sama-sama menyadari bahwa kita harus berkontribusi untuk membangun Banten. Bisa kita bayangkan jika semua pemuda asal Banten yang saat ini merantau mencari ilmu, nanti saat lulus kembali ke Banten dengan semangat membangun Banten. Akan ada berapa ribu sarjana muda yang bersama-sama membangun Banten untuk menjadi lebih baik!

UNTUK BANTEN YANG LEBIH BAIK!


 

Bandung. 070411.

Muhammad Alifa Farhan

Mahasiswa Banten ITB