Lembaran Mimpi

Rabu, 06 April 2011

Untuk Banten yang lebih baik!

Sekitar beberapa minggu yang lalu saya mengikuti sebuah acara yang benar-benar mengispirasi di Saung Angklung Udjo, TEDx Bandung. Ada sekitar 7 speaker yg menyampaika ide mereka. 7 Ide mereka sungguhlah ide yg begitu inspirasional.

Salah satu pembicara yg begitu menggerakan saya adalah Goris Mustaqim. Beliau adalah social entrepreneur yang membangun Asgar Muda, sebuah yayasan yang tujuan utamanya adalah membangun Garut. Beliau mengatakan bahwa ada sebuah fakta yg cukup miris dimana saat ini begitu banyak pemuda yang penuh potensi bukannya berkarya untuk membangun desanya malah berlomba-lomba menuju kota besar. Banyak sarjana-sarjana muda yang sebenarya berasal dari desa lebih senang ke Jakarta daripada kembali ke desa. Padahal beliau berpendapat bahwa untuk membangun Bangsa Indonesia bukan lah kita harus banyak membangun kota-kota metropolitan, melainkan untuk membangun Indonesia adalah dengan membangun desa demi desa yang ada di Indonesia.

Dengan Asgar Muda-nya, Kang Goris mencoba berbagai kegiatan dalam berbagai pendidikan diantaranya pendidikan untuk membentuk karakter pemuda Garut, kegiatan-kegiatan youth entrepreneurship untuk membangun semangat wirausaha untuk para pemuda sampai pembentukan lembaga microfinace untuk membantu perekonomian usaha-usaha kecil dan menengah di sana.

Salah satu slide menarik yang ditampilkan oleh Kang Goris adalah slide yang menampilkan peta Indonesia dalam dua warna. Merah dan kuning. Kuning untuk daerah-daerah perkembangan daerahnya atau ekonominya cukup baik. Sebaliknya warna merah adalah untuk daerah yang perkembangan daerah yang cukup tertinggal. Dari peta yang ditampilkan ini terlihat sekali ada ketimpangan sosial antara daerah timur dan barat. Hampir semua daerah di timur berwarna merah sedangkan di barat khususnya Jawa berwarna kuning. Disini diperlihatkan betapa timpangannya perkembangan bangsa kita jika kita hanya berfokus pada membangun kota-kota besar di Indonesia, padahal Indonesia terbentuk dari desa demi desa bukanlah kota-kota besar yang hanya ada beberapa di Indonesia.

Satu hal yang menyentak saya adalah seluruh pulau jawa berwarna kuning kecuali satu daerah kecil di ujung barat pulau ini, Pandeglang dan Lebak. Padahal ironisnya jarak antara Jakarta-Pandeglang jauh lebih dekat daripada Jakarta-Bandung, tapi perkembangan Bandung jauh meninggalkan Pandeglang.

Inilah yang begitu membuka pemikiran saya, kenapa Kang Goris saja bisa membangun Garut dengan Asgar Muda-nya, kenapa saya tidak bisa membangun Banten? Saya punya begitu banyak teman-teman yang berasal dari Banten dan mereka begitu potensial untuk ikut serta membangun Banten. Hanya saja satu kekurangan kita adalah kurangnya rasa kepemilikan kita akan Banten, kita tidak memiliki kesadaran bahwa setelah kita lulus nanti harus bagi kita untuk kembali ke Banten dan berkontribusi untuk pembangunan Banten.

Saya bukan orang asli Banten, saya lahir di Bogor dan orang tua saya keturunan Bogor, tapi sejak kecil saya sudah tinggal di Tangerang dan selama 3 tahun saya hidup di bawah kaki Gunung Karang Pandeglang. Saya memiliki ikatan batin dengan Pandeglang betapa daerah yang dulu setiap hari saya menghirup udara segarnya adalah salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Saya sadar bahwa Banten adalah milik saya dan adalah kewajiban bagi saya untuk membangun Banten!

Lalu apa yang bisa lakukan saat ini?

Saya ingin menanamkan kepada teman-teman mahasiswa Banten bahwa kita adalah orang Banten, mengajak ke sebanyak mungkin orang untuk sama-sama memiliki rasa kepemilikan akan Banten dan sama-sama menyadari bahwa kita harus berkontribusi untuk membangun Banten. Bisa kita bayangkan jika semua pemuda asal Banten yang saat ini merantau mencari ilmu, nanti saat lulus kembali ke Banten dengan semangat membangun Banten. Akan ada berapa ribu sarjana muda yang bersama-sama membangun Banten untuk menjadi lebih baik!

UNTUK BANTEN YANG LEBIH BAIK!


 

Bandung. 070411.

Muhammad Alifa Farhan

Mahasiswa Banten ITB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar